Jumat, 23 Oktober 2015

SYUKUR

ibarat kerang mutiara
untuk sesaat ia dipelihara,
diingat baik dijaga
hingga mutiara nan indah yang ia hasilkan
menghipnotis tiap mata yang memandang
disaat mata mata terpesona mulai terperdaya
saat itulah ia terbuang

ia juga bagai pahit
di lidah ia kentara
bernaung disana walau sementara
untuk jiwa lemah ia membawa trauma
yangmana jiwa kuat kan terbiasa

hingga manis membuai lidah
dengan penuh candu ia menggoda
menghipnotis sensor sensor perasa
tuk melupakan pahit yang pernah ada

ibarat suara, ia parau sebuah kritik
musik jiwa pembangun pribadi
tajamnya mampu memahat jati
menjadi tongkat bijaksana para pendidik

bukan alunan indah sebuah pujian
yang nyanyian merdunya memikat insan lemah
menerbangkannya ke ranjang awan
dimana debu berserakan dibawah

hingga mata ini terbutakan keindahan relatif mutiara
mengalihkan kita dari kepunahan makhluk mulia,
manis menuntun manusia kearah keserakahan
dan menimbun mereka didalam lemak
penuh tamak hingga jantung berhenti berdetak,
dan pujian itu menjatuhkan kita dari tempat tertinggi
mengembalikan kita ke kotornya debu,
disana penyesalan kan menunggu