Jumat, 04 Desember 2015

BUDAYA FEODAL CIUM TANGAN

   
   
    Dari semenjak kita kecil orang tua kita sudah mengajarkan kita tentang pentingnya menghormati orang-orang yang lebih tua dari kita. Memang benar adanya bahwa menghormati mereka yang lebih tua sungguh beralasan, terutama mereka yang merawat kita sejak kecil. Hormat yang kita tunjukan membentuk karakter kita sejak kecil yang pada akhirnya akan bermanfaat pada saat dewasa nanti. Banyak macam bentuk hormat seorang yang muda kepada yang lebih tua yang orang tua kita ajarkan, mulai dari bersikap sopan seperti mendengarkan nasihat orang tua, tidak meninggikan suara pada saat berbicara, dan tidak membangkang mereka orang tua kita. ada juga gestur untuk menunjukan rasa hormat seperti sungkem di depan lutut orang tua, ataupun mencium tangan orang tua. gestur mencium tangan inilah yang sering kali kita lakukan.
    Beberapa kali kita di peringatkan untuk segera mencium tangan jikalau kita bertemu kerabat terdekat ataupun guru disamping mereka (orang tua kita sendiri). Bahkan selain orang terdekat seringkali orang tua juga menyuruh, bahkan cenderung memaksa kita anaknya untuk mencium tangan orang yang menurut kita asing tetapi tidak untuk orang tua kita. Contohnya teman kantor mereka, tetangga lama, teman dekat, teman sejak kecil. kebiasaan ini sudah membudaya di Indonesia hingga kita tak tau asal muasalnya darimana. Berbeda dengan adat sungkem di wilayah Jawa Tengah yang dilakukan pada saat-saat tertentu (lebaran, pernikahan) dan diwajibkan hanya kepada orang-orang tertentu (orang tua). Sedangkan cium tangan tidak dibatasi orang-orang terdekat saja. Seringkali orang tua menyuruh anak mereka yang masih balita, untuk mencium tangan orang lain yang asing dimata anak mereka. entah itu teman lama dari para orang tua, ataupun terkadang orang yang orang tua kita baru temui. Padahal banyak sekali kasus akhir-akhir ini yang menjadikan anak-anak berusia dibawah 6 tahun korban para pelaku tindak kejahatan seperti penculikan atau pedofilia.
   Anehnya lagi, kebiasaan orang tua mendorong anak mereka mencium tangan orang lain tidak berhenti di saat anak menjajaki masa remaja (umur 15 - 20 tahun). Ya, masih banyak orang tua yang melakukan hal seperti itu saat dimana seharusnya anak mereka sudah bisa menilai siapa yang berhak mereka hormati dan siapa yang tidak. Mencium tangan seseorang merupakan gestur yang cukup intim, oleh karena itu hanya mereka yang seharusnya pantaslah yang mendapatkan kehormatan itu. Hal ini mungkin saja diakibatkan miskonsepsi para orang tua bahwa disaat anak mereka tidak menunjukan rasa hormat, otomatis mereka sedang merendahkan. Padahal nilai yang tidak positif tidak secara otomatis sama dengan nilai negatif, karena masih ada kemungkinan nilai itu bermuatan netral. Kesopanan para remaja masih bisa ditunjukan tanpa memandang tinggi orang tersebut,  dan juga tanpa niat merendahkan atau kurang ajar. Sayangnya para orang tua belum bisa menerima kedewasaan anak mereka dan memberikan hak ini kecuali mereka sudah mampu berdiri sendiri atau sudah memiliki keluargaa. Dan pada saat itu mungkin sudah terlambat.
   Kebiasaan/kebudayaan cium tangan sebagai tanda penghormatan yang muda kepada yang tua saat ini masuk kedalam area abu-abu. beberapa Ulama di Indonesia, negara dengan jumlah muslim terbesar, tidak menganggap mencium tangan sebagai simbol rasa hormat. mencium tangan seseorang selain orang tua ataupun kerabat dekat cenderung menunjukan kerendahan diri yangmana tidak di anjurkan di agama Islam. Selain itu mereka yang menerima tangannya dicium sedikit lebih condong kearah kesombongan. Ulama ataupun tokoh agama seringkali mendapatkan diri mereka dikerebuti banyak orang untuk sekedar mencium tangan. dan ulama atau tokoh agama yang menarik tangan mereka sebelum seseorang yang sedang menjabat tangan mereka mulai mencium tangan adalah mereka yang tak setuju terhadap budaya tersebut. Pada dasarnya juga Islam tak permah mewajibkan atau bahkan mensunahkan mencium tangan orang lain hanya untuk menunjukkan rasa hormat yang muda kepada yang tua.
   Jika kita tarik jauh ke zaman feodalisme atau kerajaan terutama di bumi bagian barat seperti Belanda, Inggris dll.. Budaya mencium tangan ini menunjukan kesetiaan seorang yang memiliki derajat sosial rendah kepada tuannya atau Raja dan Ratunya. Para rakyat jelata diwajibkan untuk mencium cincin yang berada di jari manis penguasa,  dan juga mereka yang memiliki gelar tak luput dari kewajiban mereka mencium cincin bangsawan yang memiliki gelar diatas mereka. Dan mungkin saja kebudayaan ini menyebar seiring negara tersebut menjajah negara lain dan pada akhirnya mereka yang terjajah diwajibkan bersumpah setia dan mencium tangan para penjajah. Dan dikarenakan lamanya waktu penjajahan, negara yang terjajah mulai melupakan asal muasal kebudayaan feodal ini dan menganggapnya sebagai kebudayaan negara mereka sendiri. Dan ini mungkin yang dialami Indonesia sekarang.
    Bisa kita amati kebudayaan mencium tangan ini tidak hanya dirasakan para Ulama atau tokoh agama, anggota pemerintahan pun turut ikut merasakannya. Rakyat kecil yang sedang mengerubungi Anggota Pemerintahan seperti Presiden atau Gubernur secara bergerombolan, dengan senang hati mencium tangan mereka. Disini kita bisa lihat mereka (rakyat) mencium tangan Anggota pemerintahan (Presiden, Gubernur dan sebagainya) bukan lagi berdasarkan rasa hormat melainkan rendah diri dan mereka anggota pemerintahan (Presiden, Gubernur, dsb.) yang dengan senyumnya memeberikan tangan mereka untuk dicium rakyat kecil pastinya sudah dibutakan kesombongan.
   Lalu, bagaimana kita mau merevolusi mental, disaat kebudayaan feodal masih di lestarikan?